Sejarah Dan Perkembangan PT. C59
Bandung - Biografi PT. C59, Solution-u Blog akan berbagi sedikit informasi,
masih pada pengalaman KKL saya di bandung, ada perusahaan yang saya kunjungi
selain PT. Coca-cola yaitu PT.C59, siapa sih yang tidak tau C59 yang merupakan
T-Shirt Factory yang melegenda dari kota bandung indonesia.
C59 merupakan kependekan dari Caladi
Lima Sembilan, ini merupakan nama salah satu gang di kota Bandung. Ditempat ini
Marius Widyarto Wiwied yang lebih dikenal dengan nama Wiwied memulai usahanya
dalam bidang industri garmen khususnya tshirt printing (kaos oblong sablon). Usaha
garmen ini dimulai pada tahun 1980, pada awalnya berbentuk badan usaha
perseorangan dengan modal awal sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus
ribu rupiah). Modal awal ini diperoleh dari hasil penjualan kado perkawinan
Wiwied dengan Maria, istrinya yang dinikahi pada tahun 1980. Modal sebesar itu
digunakan untuk membeli 2 unit mesin jahit dan 1 unit mesin obras, juga bagi
modal kerja untuk belanja bahan baku dan upah.
Pada saat itu Wiwied mempunyai suatu
komitmen pada produknya tentang kualitas maupun pelayanan, sehingga ia
memberanikan diri untuk memberikan nama produknya dengan alamat tempat
tinggalnya, yang saat itu juga berfungsi sebagai tempat produksi. Dengan alasan
ini diharapkan setiap keluhan atau masalah yang timbul dari produknya dapat dihadapi
langsung, pelanggan juga mudah untuk mencari siapa yang harus ditemui untuk
mengajukan keluhannya.
Penggunaan nama C59 secara intern
mempunyai makna yang mendalam, karena sebagai pengusaha Wiwied harus bersedia
“diganggu” selama 24 jam untuk melayani setiap pelanggannya. Dengan adanya
komitmen total terhadap produknya tersebut, penjualannya mengalami peningkatan
yang tadinya segmen yang dituju adalah anak sekolahan dan mahasiswa mulai
bergeser kepada instansi dan perusahaan-perusahaan.
Anak sekolahan dan mahasiswa dijadikan
target utama dengan suatu alasan apabila ia puas dengan hasil yang diperoleh
saat ini, pasti akan selalu teringat sampai ia sudah menjadi “orang” ditempat
kerjanya kelak, hal ini juga menjadikan C59 berusaha menjalin suatu ikatan moral
terhadap pelanggannya.
Makin berkembangnya bisnis dan order
yang diperoleh akhirnya menuntut suatu peningkatan modal kerja. Kebutuhan modal
ini menjadi suatu pemikiran yang serius mengingat makin banyaknya order yang
masuk sedangkan bahan baku yang dibutuhkan harus disediakan lebih dahulu guna
mempercepat pelayanan.
Pada tahun 1989 datang order dari Bank
Niaga untuk pembuatan kaos oblong. Adanya diskusi singkat saat itu, Bank Niaga
melihat potensi yang dimiliki oleh C59 untuk berkembang jauh lebih besar. Bank
Niaga kemudian menawarkan pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi juga
untuk tambahan modal kerja. Kesempatan ini diterima oleh C59 sebagai bantuan
yang sangat berharga. Dalam prakteknya Bank Niaga bersedia menempatkan salah
satu staf-nya untuk duduk dalam kegiatan operasional sehari-hari sehingga
penggunaan dana yang dipinjamkan dapat lebih terjamin keamanannya.
Disisi lain bank sebagai suatu lembaga
pembiayaan mempunyai aturan yang ketat dalam operasional kreditnya, hal ini
juga menjadi pemikiran pihak C59. Khawatir jika sewaktu-waktu lembaga perbankan
ini dilikuidasi, C59 melakukan kiat dengan melakukan kredit pembelian dari
pemasoknya baik pemasok bahan baku kain, benang, atau bahan pembantu lainnya.
Disamping lebih “bersahabat” terdapat juga suatu hubungan bisnis yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu pemasok dan produsen.
Adanya bantuan tambahan dana investasi
dan modal kerja, prioritas utama digunakan untuk pembangunan fasilitas
produksi. Fasilitas produksi ini dibangun di daerah Cigadung, tepatnya di Jalan
Cigadung Raya Timur No. 107 Sekemirung Bandung. Dengan luas tanah sekitar 8.000
M2, C59 mempunyai keleluasaan dalam mengembangkan fasilitas pendukung lainnya,
seperti pengolahan limbah, generator pendukung daya listrik dan sebagainya.
Meningkatnya penjualan yang secara
tidak langsung menambah tenaga kerja, menuntut C59 untuk menyusun suatu
struktur organisasi yang baik, yang juga memerlukan suatu pengakuan legalitas
dari pemerintah. Pada tahun 1991 C59 secara resmi menjadi perseroan terbatas
(P.T.) yang disahkan oleh Departemen Kehakiman.
Pada tahun 1990 juga mulai dipikirkan
peluang lain dari bisnis kaos oblong ini, yaitu melalui penjualan eceran
(retail) dimana desain grafisnya dirancang sendiri oleh para designer dari C59.
Penjualan secara retail ini dimulai dengan membuka showroom pertama yang
berlokasi di Jalan Tikukur No. 10 Bandung, dengan adanya penjualan melalui
saluran retail ini, berarti merubah strategi yang mendasar bagi C59 yang
bermula hanya menerima pesanan saja.
Penjualan retail ini ternyata juga
menunjukkan perkembangan yang memuaskan, melalui berbagai pembicaraan mengenai
strategi perusahaan maka diputuskan untuk menggunakan teknik franchising, yang
menerapkan gaya manajemen dan format display showroom yang dirancang oleh
pemberi franchise.
Perkembangan C59 dari waktu ke waktu
menunjukkan hasil yang makin baik, ini bisa dilihat bahwa saat ini produknya
ditawarkan melalui 22 showroom dan lebih dari 250 outlet di seluruh Indonesia.
Distributor produknya tersebar mulai dari Medan sampai ke Ujung Pandang,
sebagai persiapan menghadapi perdagangan bebas yang akan datang, C59 juga sudah
mulai menjalin hubungan perdagangan dengan pihak luar negeri, hal ini
dibuktikan dengan makin tingginya nilai ekspor yang dicapai setiap tahunnya.
Ekspor yang sudah dilakukan antara lain ke Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, Australia, Jerman, Inggris, Cheko, Slovakia, Amerika, Perancis dan
Jepang.
Perilaku perusahaan pun mengalami suatu
perubahan dari sebuah perusahaan keluarga menuju perusahaan yang dikelola
tenaga-tenaga profesional, hal ini akhirnya menjadikan perusahaan yang lebih
fleksibel dalam mengambil keputusan, juga lebih rasional dan cepat dalam
melakukan setiap tindakannya.
Saat ini perusahaan memiliki sekitar
460 karyawan produksi dan 80 karyawan administrasi dan pemasaran. Manajemen
perusahaan yang makin matang, mendukung majunya C59 yang membuahkan hasil
berupa penghargaan Upakarti pada tahun 1996 yang diberikan lansguns oleh
Presiden Republik Indonesia.
Untuk mengembangkan wilayah
pemasarannya kini PT. Caladi Lima Sembilan yang berkantor pusat di
Jl.Dr.Djunjunan No.155 B Bandung
Tentu sebagian besar dari Anda
pernah mendengar nama kaus bermerk C59. Kesuksesan C59 tidak lepas dari kepiawaian penggagasnya, Marius Widyarto atau yang akrab
dipanggil Mas Wiwied. Bermula
dari rasa gusarnya melihat teman-temannya yang memamerkan kaos bergambar kota
mancanegara buah tangan dari orang tuanya usai bepergian dari luar negeri,
Wiwied kemudian tertantang untuk membuat sendiri kaus bergambar patung Liberty
dan kota New York dan sesumbar bahwa omnya juga baru datang dari luar
negeri,sejak saat itulah ia semakin dikenal sebagai orang yang piawai membuat
kaus, sampai-sampai, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, ia
lebih sering didatangi orang untuk urusan pesanan kaus daripada untuk
pekerjaannya.
Wiwied yang sejak kecil menyukai
pekerjaan prakarya memulai usahanya dari rumahnya yang berukuran 60 m2 di Gang
Caladi 59, yang akhirnya menjadi nama merk kausnya dengan modal awal dari hasil
penjualan kado pernikahannya dengan Maria Goreti Murniati. Mental entrepreneur
Wiwied banyak ditempa ketika ia ikut seorang pengusaha keturunan di Bandung
yang memperlakukannya secara keras.Pada awalnya Wiwied menjalankan usahanya
dari order kanan kiri, ia juga ikut mendesain,memilih bahan, memotong,menjahit,
menyablon sampai finishing disamping juga mencari order.
Usahanya meningkat ketika
mendapatkan order dari Nichimen-perusahaan Jepang yang bergerak di bidang
pestisida, kaus itu untuk dibagi-bagikan ke para petani.
Usahanya semakin terasa meningkat
setelah mengikuti kegiatan Air Show 1986 di Jakarta yang diikuti pula oleh para
peserta dari mancanegara.
Wiwied kemudian juga merambah bidang
retail yang bermula dari menjual sisa order yang tidak memenuhi syarat yang
ternyata juga diminati orang. Setelah usahanya meningkat, pada tahun 1992, ia
kemudian pindah ke Jalan Tikukur no.10 yang kemudian memborong rumah di
sekitarnya yakni no.4,7,8,9 yang kemudian ia jadikan kantor dan showroom
produknya. Selain itu ia juga membuka showroom di daerah lain,seperti
Balikpapan, Bali,Yogya dan kota lain sehingga kini ia memiliki sekitar 600
outlet di Indonesia dengan mempekerjakan sekitar 4000 karyawan.
Di mancanegara,Wiwied memiliki 60
showroom yang tersebar di Slowakia,Polandia, dan Czech dan bahkan kini ia juga
sudah merambah jaringan Metro Dept.Store di Singapura. Keberhasilannya menembus
mancanegara bermula dari beberapa stafnya yang bersekolah di luarnegeri yang
biasanya membawa satu dua koper kaus C59 dan dijual pelan-pelan di sana,
kemudian diadakan survey yang tenyata pasar di sana menguntungkan karena
memiliki empat musim, sehingga tidak hanya bisa menjual t-shirt namun juga
sweater atau jaket.
Wiwied juga memiliki sebuah pabrik
di atas tanah seluas 4000m2 di daerah Cigadung, Bandung.Pabrik ini dibangun
setelah mendapatkan kredit dari Robbie Djohan yang saat itu menjabat Dirut Bank
Niaga pada tahun1993, ketika itu Bank Niaga memesan t-shirt ke C59. Di tahun yang sama pula ia
mengubah bentuk usahanya menjadi PT. Caladi Lima Sembilan.
Keberhasilan Wiwied dibuktikan dengan berbagai penghargaan
yang telah ia terima, diantaranya Upakarti 1996, ASEAN Development Executive
Award 2000-2001,Dan pemenang I Enterprise 50.
Filosofi bisnis Wiwied sendiri
terinspirasi dari burung Caladi yang berasal dari bahasa Sunda yang berarti burung
pelatuk. Wiwied mengartikan Caladi sebagai 5 citra dan 9 cita-cita, lima citra
itu menggambarkan karakter sumberdaya manusia yang dimiliki C59 yakni, cakap, cerdik, cermat,
cepat, dan ceria.Sedangkan 9 cita-citanya adalah customersatisfaction, company
profit, confident working atmosphere, control, collaboration, clear mind,
creativity, dan consultative. Wiwied juga ingin seperti burung pelatuk Woody Woodpecker
yang tidak mau kalah dari pesaingnya, dan bila kita perhatikan burung pelatuk
selalu fokus ketika mematuk pohon, Wiwied pun ingin selalu fokus di bidang
garmen.
Salah satu kunci sukses Wiwied juga
terletak pada penggalian ide desain yang tidak pernah berakhir, baginya riset
desain sangatlah penting karena kekuatan produknya ada pada rancangan,apalagi
industri t-shirt cepat berganti tren. Karyawannya pun mendapat kesempatan
jalan-jalan untuk mencari ide-ide segar, bahkan ia membiarkan karyawannya untuk
tidak masuk asalkan ketika ia masuk ia sudah membawa ide bagus.
Setiap desain yang akan dikeluarkan harus dipresentasikan
lebih dulu, kemudian setelah terpilih, baru dilanjutkan dengan prosesi
produksi, pemilihan bahan,teknik cetak,warna, dan sebagainya.
Wiwied juga terlihat sangat piawai
membangun networking, ia selalu berusaha membangun hubungan baik dengan
supplier, support, customer, dan government. Ia sangat percaya bahwa
relationship adalah kunci kesuksesan dari bisnis. Wiwied mengaku kalau dia
merupakan biangnya koperasi,untuk itu ia juga mendirikan koperasi untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawannya, omset koperasinya saat ini sekitar Rp
600 juta. Ia bangga karena telah dapat mewujudkan impiannya untuk membuka
lapangan kerja bagi banyak orang.